Kamis, 13 Mei 2010

Kalimat adalah bagain terkecil dari teks atau wacana yang mengungkapkan pikiran. Secara lisan kalimat sering diiringi oleh nada bicara, jeda dan intonasi. Sedangkan secara tertulis kalimat ditandai dengan penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai.

Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti.

Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

Macam-macam kalimat

  1. Kalimat tunggal

  2. kalimat majemuk

  3. kalimat aktif

  4. kalimat pasif

  5. kalimat langsung

  6. kalimat tidak langsung

  7. kalimat efektif

  8. kalimat tidak efektif

  9. kalimat tanya

  10. kalimat perintah

1. Kalimat Tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
S-P
S-P-O
S-P-O-K


2. Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

macam-macam kalimat majemuk:

  • Kalimat majemuk setara
Yaitu penggabungan 2 kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara dibagi menjadi 5 macam, yakni:

* Kalimat Majemuk Setara Penggabungan: Menggunakan kata penghubung `dan`
* Kalimat Majemuk Setara Penguatan: Menggunakan kata penghubung `bahkan`
* Kalimat Majemuk Setara Pemilihan: Menggunakan kata penghubung `atau`
* Kalimat Majemuk Setara Berlawanan: Menggunakan kata penghubung `tetapi`, `sedangkan`, `melainkan`
* Kalimat Majemuk Setara Urutan Waktu: Menggunakan kata penghubung `kemudian`, `lalu`, `lantas`


  • Kalimat majemuk bertingkat
Yaitu penggabungan 2 kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Jenis-jenis kalimat mejemuk bertingkat :
1. Kalimat majemuk hubungan pengandaian, ditandai dengan kata penghubung jika, seandainya, andaikan.
Contoh :Jika tidak hujan, saya akan datang ke rumahmu.
2. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai dengan kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, laksana.
Contoh :Doni lebih senang bermain sepakbola daripada bermain basket.
3. Kalimat majemuk hubungan penyebabab, ditandai dengan kata sambung sebab, karena, oleh karena
Contoh :Amir tidak masuk sekolah karena sakit.
4. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai dengan kata sambung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh :Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
5. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai dengan kata sambung dengan.
Contoh :Sari dapat mempertahankan prestasinya dengan cara berlatih dengan giat.
6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai dengan kata sambung bahwa, yaitu.
Contoh :Pak Madi telah menggemburkan tanah, yaitu dengan mencangkul tanah itu sampai kedalaman 10 centimeter.
7. Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai dengan kata sambung ketika, sewaktu, semasa.
Contoh :Ibu selesai memasak ketika saya pulang sekolah.


  • Kalimat majemuk campuran
Yaitu kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.

Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II


  • Kalimat Majemuk Rapatan
adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan.
Hal tersebut terjadi karena kata-kata yang dirapatkan pada bagian-bagian kaliamat itu memiliki fungsi yang sama.
Perapatan dilakukan dengan menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama.


  1. Kalimat majemuk rapatan subjek
Contoh :
Pak Adi guru mengaji.
Pak Adi ketua RT.
Pak Adi guru mengaji dan ketua RT.

  1. Kalimat majemuk rapatan predikat.
Contoh :
Kiki pandai bermain bola.
Galih pandai bermain bola.
Kiki dan Galih pandai bermain bola.

  1. Kalimat majemuk rapatan keterangan.
Contoh :
Sore hari kakak menyiram bunga.
Sore hari adik menyapu halaman.
Sore hari kakak menyiram bunga dan adik menyapu halaman.

3. Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan.
* Biasanya memiliki predikatnya berupa kata kerja berawalan me atau ber.
* Contoh : Nina menulis surat untuk nenek.

4. Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
* Biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-.
* Contoh : Surat untuk nenek ditulis oleh Nina.

5. Kalimat Langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
* Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
* Biasanya ditandai dengan tanda petik ( “....” )
* Contoh : Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar !”

6. Kalimat Tidak Langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain.
* Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita.
* Contoh :

Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.

7. Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

8. Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.

Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
- diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
- memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
- sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
- saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
- Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
- para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
- para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
- banyak siswa-siswa (banyak siswa)
- saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
- agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
- disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3.tidak memiliki subjek
contoh:
- Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
- Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
- Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
contoh:
- Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
- Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
- Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
contoh:
- waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
- Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
- Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
- Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
- Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
- Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
- Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
contoh:
- mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
- menyetop seharusnya menstop
- mensoal seharusnya menyoal
- ilmiawan seharusnya ilmuwan
- sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
- Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
- Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
- Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
- sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
- oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
- Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

9. Kalimat Tanya adalah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan
memperoleh reaksi berupa jawaban dari yang ditanya atau penguatan
sesuatu yang telah diketahui oleh penanya.

  • Ciri Kalimat Tanya
Ciri kalimat tanya adalah:
1. pemakaian kata tanya: apa, siapa, di mana, bagaimana,
mengapa, dan lain-lain.
2. pemakaian kata bukan atau tidak?
3. pemakaian klitika -kah pada predikat kalimat yang diubah
susunannya SP? PS
4. pemakaian intonasi naik pada suku kata akhir.

  • Jenis Kalimat Tanya
Kalimat tanya terdiri atas beberapa jenis.
1. Kalimat Tanya Klarifikasi dan Konfirmasi
Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi (penegasan) dan
kalimat tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang
disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan
dan memperjelas persoalan yang sebelumnya telah diketahui
oleh penanya.
2. Kalimat Tanya Retoris
Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak
memerlukan jawaban atau tanggapan langsung. Kalimat tanya
retoris biasanya digunakan dalam pidato, khutbah, atau orasi.
3. Kalimat Tanya Tersamar
Kalimat tanya tersamar maksudnya adalah kalimat tanya yang
mengacu pada bermacam maksud. Dengan kalimat tanya
penanya bisa menyampaikan berbagai tujuan seperti: memohon,
meminta, menyindir, membiarkan, mengajak, menegaskan,
menyetujui, menggugah, melarang, dan menyuruh.
4. Kalimat Tanya Biasa
Kalimat tanya biasa bersifat menggali I nformasi, biasanya
menggunakan kata tanya. Kata tanya yang biasa dipergunakan
ialah apa, di mana, siapa, kapan, mengapa, bagaimana.

10. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak
Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak
asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.